ABU
BAKAR ASH-SHIDDIQ
Awal oktober 630 M, musim panas sedang
berlangsung. Udara gurun terasa lebih garang daripada musim panas sebelumnya.
Ancaman Byzantium di utara membayangi kehidupan kaum muslimin diMadinah. Oleh
karena itulah Nabi menyeru kaum muslimin untuk bersiap-siap dalam sebuah
ekspedisi besar guna menghadapi Byzantium. Mengingat pasukan musuh yang
dihadapi amat besar dan medan pertempuran yang hendak dituju amat jauh, pasukan
muslimin tentunya membutuhkan perbekalan yang amat banyak. Nabi lantas
mengimbau kaum muslimin agar menyumbangkan sebagian harta untuk persiapan
perang.
Mendengar imbauan Nabi, beberapa sahabat yang imannya kurang kuat dan kaum
munafik meminta izin tidak mengikuti ekspedisi. Namun, para sahabat yang
imannya teguh, baik yang kaya maupun yang miskin, segera menyambut seruan Nabi.
Mereka berlomba-lomba menyumbangkan hartanya untuk perjuangan dijalan Allah.
Satu persatu sahabat menyumbangkan sebagian hartanya. Kepada setiap
sahabatnya Nabi bertanya, “apakah ada
yang kalian tinggalkan untuk keluarga kalian?”. Sebagian harta saya telah saya
sisihkan untuk keluarga saya,” jawab beberapa sahabat.
Demikianlah, ada yang menyumbangkan seperempat hartanya, ada yang
menyumbangkan sepertiga hartanya, ada pula yang menyumbangkan setengah
hartanya. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa ada yang mengejutkan hingga
giliran seorang sahabat dekat Nabi. Sahabat itu berperawakan kurus, kulit
putih, sepasang bahu kecil, muka lancip, mata cekung, dahi agak menonjol dan
urat-urat tangannya kelihatan jelas. Lagi-lagi Nabi bertanya, “apa yang kamu
sisakan untuk keluargamu?”
Mendengar pertanyaan itu sang sahabat menyahut. “Yang saya tinggalkan untuk
keluarga saya hanya Allah dan Rasul-Nya.”
Mendengar jawaban itu Nabi dan para sahabat tercengang. Rupanya sahabat
tadi menyerahkan seluruh harta miliknya untuk biaya perang. Tak lain dan tak
bukan sahabat tadi adalah Abu Bakar, pengiring Rasulullah pada saat hijrah.
Melihat kedermawanan Abu Bakar Nabi berkata, “aku tidak tau apakah ada orang
yang lebih dermawan dibanding Abu Bakar.” Siapakah Sebenarnya Abu Bakar?
Nama Abu Bakar adalah
julukan yang diberikan kepada seorang bernama Abdul Ka’bah bin Abi Quhafah dari
Bani Taim. Bani Taim merupakan salah satu keluarga terhormat dikalangan suku
Quraisy. Setelah masuk islam, Nabi mengganti namanya menjadi Abdullah Bin Abi
Quhafah. Namun orang-orang memanggilnya abu bakar. Nama ini diberikan karena ia
adalah orang yang paling dini memeluk Islam. Dalam bahasa Arab, Bakar berarti
dini atau pagi. Selain itu Abu Bakar seringkali dipanggil Atiq atau “yang
tampan”, karena ketampanan memancar dari wajahnya. Nabi juga memberi Abu Bakar
gelar ash-Shiddiq yang artinya “yang berkata benar”. Gelar ini diberikan kepada
Abu Bakar karena dia membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi ketika banyak penduduk
mekah yang mengingkarinya.
Umur Abu Bakar dan Nabi Muhammad tidak terpaut jauh. Abu
Bakar lahir pada 572 M di Mekah, tidak berapa lama setelah Nabi lahir. Karena
kedekatan umur inilah Abu Bakar sejak kecil bersahabat dengan Nabi.
Persahabatan Keduanya tak terpisahkan, baik sebelum maupun sesudah Islam
datang. Bahkan persahabatan keduanya bertambah erat ketika sama-sama berjuang
menegakkan Agama Allah.
Abu Bakar adalah manusia istimewa. Biarpun hidup pada
zaman jahiliah, berbagai kebaikan melekat pada Abu-Bakar sejak kecil. Lembut
dalam bertutur, dan sopan dalam bertindak merupakan beberapa sifat bawaannya.
Ia juga perasa dan sangat mudah tersentuh hatinya.
Abu Bakar juga dikenal cerdas dan berwawasan luas,
sebagai pedagang, dia mengenal wilayah-wilayah yang membentang dari Yaman
diselatan sampai Syam diutara. Tidaklah mengherankan jika Abu Bakar menjadi
tempat bertanya orang-orang Quraisy mengenai negeri-negeri yanng jauh dari
Mekah.
Bersambung dulu yaa……….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar